Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengingatkan Mahfud MD untuk tidak lagi menyerang Jokowi, Sabtu (3/2).
Pekalongannews.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari kembali mengomentari mundurnya Mahfud MD sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) dari Kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Ia menyangkan Mahfud mundur, padahal Jokowi sudah banyak memberikan perhatian dan keduanya punya hubungan yang harmonis serta saling mendukung.Qodari mencontohkan hubungan kedua tokoh itu seperti pada Pilpres 2019 di mana Jokowi meminang Mahfud MD sebagai Cawapresnya namun belakangan tidak direstui oleh sejumlah elit partai politik pendukung, di antaranya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
“Sangat disayangkan apa yang terjadi pada Pak Mahfud tahun 2019 ya, kita cerita apa adanya, sebetulnya yang serius betul usung Pak Mahfud jadi cawapres adalah Pak Jokowi. Nah justru yang kemudian tidak mendukung waktu itu ya setahu saya nih ya, itu PKB, Pak Muhaimin begitu,” ungkap Qodari dikutip dari channel Youtube Panangian Simangkulangit, Sabtu (3/2/2024).
“Karena apa? Pak Muhaimin itu khawatir kalau misalnya Pak Mahfud jadi wakil presiden maka posisi Ketua PKB bisa diambil alih oleh Pak Mahfud yang notabenenya keluarga dekat juga dengan Gus Dur kan begitu,” tambahnya.Qodari mengatakan tidak direstuinya Mahfud untuk maju sebagai cawapres kala itu juga berasal dari Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang diam seribu bahasa ketika Mahfud disingkirkan dari pencalonan.
“Nah tapi yang lebih masalah lagi adalah pada waktu itu Ibu Mega, Bu Mega tidak membela Pak Mahfud, istilahnya turun tangan manggil misalnya Mas Muhaimin, Pak Mahfud dikasih jalan aja lah. Kalau pinjam istilah Bu Mega sekarang kan Pak Mahfud ini kan tokoh yang berpengalaman di tiga bidang, pernah di eksekutif, legislatif pernah juga yudikatif dan orangnya berintegritas,” bebernya.
Qodari menyayangkan mengapa argumen seperti itu tidak keluar pada tahun 2019? mengapa baru muncul sekarang ini. Hal itulah yang ia maksudkan. Ia pun mengingatkan kepada Mahfud sebagai cawapres dari Ganjar Pranowo di Pilpres 2024, bahwa dulu ada seseorang yang memperjuangkan mantan Ketua MK itu agar menjadi cawapres di tahun 2019, orang itu tidak lain adalah Presiden Jokowi.
“Tapi saya juga mau bilang begini Pak Mahfud, tolong ya, walaupun Pak Mahfud itu mencalonkan diri sebagai cawapres dan berhadapan dengan Prabowo-Gibran, Pak Mahfud jangan lupa bahwa tahun 2019 itu yang memperjuangkan dengan maksimal Pak Mahfud mau jadi wapres itu adalah Pak Jokowi. Jangan lupa,” tegasnya.
Ia melanjutkan, jasa Presiden Jokowi untuk melindungi serta membela Mahfud MD saat diserang oleh orang-orang yang tidak menyukainya cukup besar. Oleh karena itu, walaupun Mahfud MD sudah berada di luar pemerintahan, Qodari menasihati agar supaya Mahfud MD tidak melupakan sejarah.“Dan ketika kena veto ya, kena torpedo, Mahfud ini disebut istilahnya torpedo tak terkendali tapi tahun 2019 ini torpedo yang ditorpedo. Ditorpedo oleh elit-elit politik ini. Sebetulnya dulu itu yang mau betul-betul membela Pak Mahfud itu adalah Pak Jokowi,” ulangnya.
“Jadi tolong diingat Pak jangan juga Bapak setelah keluar lalu kemudian ngomongnya gak pakai rem, kenapa? Bapak walaupun sudah di luar pemerintahan, jangan lupa 2019 itu lho, kalau tidak ditorpedo oleh para ketua partai politik itu harusnya cawapres itu pada hari ini adalah Bapak, bukan Pak Maruf Amin begitu,” ungkit Qodari.
Meski demikian Mahfud MD tidak menjadi cawapres, Presiden Jokowi tetap berteguh hati untuk membelanya dan merangkulnya masuk kabinet dengan posisi yang terhormat sebagai Menko Polhukam.
“Jadi pada tahun 2019 Mahfud ini kan cawapres hari ini yang tertukar begitu, nah jadi yang membuat itu batal adalah bukan Pak Jokowi. Nah setelah akhirnya cawapres yang tertukar ganti dengan Maruf Amin yang menjaga kehormatan dan tetap menghormati Pak Mahfud serta memberikan kehormatan itu adalah Pak Jokowi lagi dengan menjadikan Menko Polhukam,” kata Qodari.
“Saya mau katakan karena Pak Jokowi itu betul-betul menjaga marwahnya Pak Mahfud setelah sempat terdiam di kafe gak jadi cawapres kan begitu kan,” cecarnya.Oleh sebab itu, Qodari menyarankan Mahfud MD tetap bersikap loyal dan juga turut menghormati Presiden Jokowi.
Ia bandingkan Mahfud dengan eks Politisi PDIP Maruarar Sirait alias Ara yang dijegal di detik-detik saat akan diangkat menjadi menteri, namun sikap Ara tetap loyal dan tegak lurus terhadap Presiden Jokowi.
“Bandingkan dengan Ara, waktu tahun 2014 mau jadi menteri kena torpedo juga kan, setelah ditorpedo Ara tetap loyal kepada Pak Jokowi sampai dengan hari ini bahkan menunjukkan loyalitasnya makin nyata pada hari ini,” jelasnya Qodari menyebut mundurnya Magfud MD diduga karena terjebak dalam situasi yang tidak enak dan menjadi canggung sebab menyerang pemerintahan Presiden Jokowi saat debat cawapres kedua, tetapi Qodari meyakini situasi tersebut sebenarnya tidak diinginkan oleh Mahfud.
“Mungkin juga situasi dan kondisinya tidak seperti yang beliau bayangkan tapi saya yakin dalam hatinya sebetulnya Pak Mahfud ini gak mau istilahnya head to head atau berhadapan dan menyerang Pak Jokowi. Dan menurut saya itu kalau dilihat dari sejarah tadi,” urainya.Qodari meminta meskipun sudah bukan bagian dari pemerintah, Mahfud MD sebaiknya tidak ikut-ikutan menyerang pemerintahan Presiden Jokowi.
Ada orang yang baik kepadanya, namun yang bersangkutan menyerang. Seharusnya ketika keluar kabinet tidak menyerang,
“Ingat ya. Orang diberikan kehormatan paling besar yang motong Bapak itu bukan Pak Jokowi lho ya, tapi orang yang mencalonkan Bapak sekarang. Dan orang yang mengangkat Bapak, diberikan kehormatan sebagai Menko Polhukam adalah orang yang sekarang Bapak mau serang,” ketusnya.
“Jangan lupa itu, saya bela Pak Jokowi,” tegas Qodari tak terima. (*)