Keadaan Tomi Taufiqurrahman memprihatinkan tidur beralaskan karpet di rumahnya yang telah kosong karena seluruh perabotan dijual, Selasa (17/6).
PEKALONGANNEWS.COM, PEKALONGAN – Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Pekalongan, Maskur buka suara terkait kondisi salah satu siswanya yang hidup sebatang kara viral di media sosial. Ia membenarkan bahwa siswanya yang bernama Tomi Taufiqurrahman adalah anak yatim piatu dan baru saja lulus sekolah di SMPN 4 Pekalongan.
Ia juga menyebut siswanya itu dari dulu memang tergolong anak yang pendiam di sekolah namun kondisinya tidak seburuk setelah kedua orang tuanya meninggal dunia dan hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan yang bersangkutan.
“Kalau pendiam memang dari dulu, akan tapi perubahan yang tampak sekali itu setelah orang tuanya meninggal. Jadi Tomi ini benar-benar tidak tahu permasalahan orang tuanya terkait pinjam meminjam,” jelas Maskur di rumahnya, Selasa (18/6/2024).
Ia mengatakan tidak setiap orang bisa bicara lancar dan mudah dengan Tomi karena anaknya memang tidak bisa dipaksa. Yang bersangkutan hanya mau bicara bagi orang yang dikehendaki dan itupun harus dengan sabar membuka komunikasi.
Maskur mengungkap pada saat kelas 7 dan 8 atau saat ibu Tomi masih ada, komunikasi dengan anaknya masih lumayan responsif namun tidak seperti saat kelas 9 atau ketika ibunya meninggal duni jadi makin sulit komunikasinya.
“Kami pihak sekolah bekerja sama degan Lakondik (Layanan Konseling Pendidikan) Dinas Pendidikan untuk membantu kejiwaan Tomi dengan menyediakan psikolog agar tidak semakin buruk keadaannya,” bebernya.
Kemudian pihaknya juga tidak membebani apapun terkait dengan biaya sekolah sehingga tidak ada permasalahan di sekolah termasuk dengan teman-temannya. Jadi sekolah tetap menjaga jangan sampai anaknya terputus pendidikannya.
“Kami kerap visiting ke rumahnya untuk memastikan keadaan Tomi tiap kali anaknya tidak masuk sekolah karena sudah tidak ada lagi orang tua. Kami selalu mendukung Tomi agar bisa lulus sekolah,” katanya.
Maskur mengaku pernah menawari siswanya itu untuk tinggal bersama karena merasa kasihan dan agar lebih memudahkan dirinya menjaga serta melakukan pengawasan seperti berangkat dan pulang sekolah bersama dengan dirinya.
“Saya pernah menawarkan karena di rumah anak-anak belajar di pondok semua, jadi tinggal ada istri sehingga kalau hanya membantu kebutuhan Tomi Insya Allah masih bisalah. Akan tetapi anaknya menolak dan memilih tinggal di rumahnya sendiri,” tuturnya.